Home / Artikel / Lembar Kita / Unconditional Love

Unconditional Love

Salam sehat. Mari kita berbicara tentang cinta dan terutama Cinta Kasih Allah yang luar biasa yang tak bersyarat, yang turut kita rasakan setiap hari dalam pergumulan kita. Pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi pengalaman saya dalam merasakan kasih tanpa syarat yang luar biasa, walaupun saya tidak pernah melihat sosok nyata-Nya, tapi saya percaya dan merasakan kasih-Nya setiap saat. Menurut saya inilah yang dinamakan Unconditional love. Kasih yang hadir bahkan sebelum saya dapat melihatnya. Cinta ini dapat mengalahkan “Love at the first sight”. Kasih itulah yang memberikan saya kehidupan “kedua”, menyelamatkan saya dari kecelakaan maut.

Masih teringat jelas di dalam memori saya, hari itu tanggal 7 Mei 2019 kurang lebih pukul 04.00 dini hari, saya mengalami kecelakaan mobil di ruas jalan tol Jagorawi KM 34 sekitar Sentul-IPSC. Saat itu saya terpaksa pulang tergesa-gesa ke Ciawi-Bogor, karena mengejar waktu untuk mengikuti presentasi kasus teman sejawat saya di RSUD Ciawi. Pada waktu itu saya sedang melaksanakan internsip (kerja pemantapan bagi dokter yang baru lulus profesi). Satu hari sebelum kejadian (tanggal 6 Mei 2019) saya tidak mendapat travel yang berangkat siang, sehingga saya memutuskan untuk mengemudi sendiri ke luar kota. Memang sebenarnya kesalahan ada pada keputusan saya, yang tidak segera pulang ke Ciawi pada siang itu. Saya yang merasa rindu dengan kota tempat tinggal saya (Bandung). Siang tgl. 6 Mei itu saya memutuskan untuk bertemu dan berbincang dulu dengan beberapa rekan saya. Tidak terasa malam sudah cukup larut, saya benar- benar lupa waktu, dan saya memulai perjalanan pulang ke Ciawi sekitar pukul 23.40 WIB melalui pintu tol Baros.  Saat itu adalah kali pertama saya mengemudi ke luar kota pada malam hari. Karena jaraknya yang jauh dan rasa kantuk semakin parah, akhirnya saya mengalami kecelakaan.

Saat kecelakaan itu terjadi, saya sempat mengalami penurunan kesadaran. Hal terakhir yang saya ingat adalah saya masih mengemudi di lajur empat ( ajur paling kanan jalan tol). Namun ketika saya sadar, saya sudah berada di lajur satu (lajur paling kiri) dengan keadaan mobil rusak parah. Bagian kaca depan hancur meninggalkan serpihan, pintu yang hancur terhimpit, soundspeaker dan tape yang sudah terdorong masuk kearah jok pengemudi, mesin mobil yang menjepit kaki saya saat itu.

Di sana saya sempat heran bahkan tidak ingat sama sekali tentang kronologis kejadiannya, saya tidak mendapati adanya mobil lawan, dan saat itu saya benar-benar seorang diri . Awalnya saya tidak menyadari bahwa kejadian tersebut adalah kecelakaan. Saya hanya berusaha keluar dari mobil dan berteriak minta tolong, namun tidak ada yang mendengar saya. Ketika saya mencoba membuka pintu, saya baru sadar paha kanan saya tidak bisa digerakkan. Saya mengalami patah tulang paha. Saya beberapa kali mendobrak pintu namun tidak terbuka juga. Saya hanya meringis, pasrah dan kembali tertidur saat itu karena rasa kantuk yang luar biasa.

Tak berapa lama dari kejadian tersebut, ada seorang pria paruh baya menepuk pundak saya. Pria tersebut dengan tatapan santai tidak terlihat panik sama sekali tersenyum ke arah saya. Pria yang mengenalan setelan kemeja biru muda dan topi di kepalanya itu menanyakan dari mana asal saya dan mengapa bisa ada di jalan tol sendirian pada malam hari. Pria tersebut bahkan mengembalikan ponsel saya yang terlempar ke jalan raya di tengah tol. Dia menyarankan saya untuk segera menghubungi keluarga. Saya sangat heran mengapa tiba-tiba sekali dan dengan berani sekali pria ini berada di tengah ruas jalan tol untuk mengambilkan ponsel saya dan menolong saya. Padahal di posisinya, pria tersebut dapat saja membahayakan dirinya sendiri.

Dengan mengabaikan rasa penasaran saya, saya langsung menghubungi keluarga dan rekan saya di dekat lokasi kejadian. Saat itu pacar saya yang sedang berada di kosan seberang RSUD CIawi (kebetulan saat itu pacar saya juga mendapatkan tempat internship yang sama dengan saya). Tidak berapa lama setelah itu mata saya kembali terpejam. Lalu tiba – tiba suara sirine ambulans mengejutkan saya, sehingga saya terbangun lagi dari rasa kantuk. Ambulans tersebut membawa pertolongan dan melakukan tindakan medis gawat darurat untuk saya. Saat itu mata saya menyapu ke semua arah, mencari pria yang tadi menolong saya. Ternyata saya tidak dapat menemukannya kembali. Rasa heran saya semakin bertambah. Siapa pria tadi dan ke mana pria itu menghilang? Pria tersebut tidak sama sekali tampak panik, bahkan ketika melihat keadaan saya dan mobil saya yang begitu hancur. Pria tersebut tidak memanggil bantuan untuk saya, tapi hanya tersenyum, menjawab beberapa pertanyaan saya dan menjagai saya di sebelah saya sampai bantuan tiba,  kemudian menghilang.

Tanpa berpikir aneh – aneh saya melanjutkan tidur saya sambil terus menelepon adik saya. Memang ketika saya menelpon adik, adik saya meminta saya untuk terus bicara dan tidak mematikan telepon, walau sebetulnya saya sendiri tidak ingat apa yang diperbincangkan karena saya setengah tidak sadar. Saya dikeluarkan dari mobil dengan usaha yang luar biasa. Pintu, kemudi, dan bangku digunting dengan gunting mesin karena semua saling menjepit. Namun ajaibnya tidak terlihat darah bercucuran sedikit pun dari tubuh saya. Saya ditolong oleh tim medis, dipasang jalur infus pada kedua tangan saya, dipasangkan collar neck lalu ditransport ke RS terdekat.

Sesampainya di RSUD Ciawi, saya mendapat pertolongan. Saat masuk IGD kondisi saya stabil. Namun seiring berjalannya waktu sedikit demi sedikit gejala mulai tampak. Tiba-tiba saya batuk mengeluarkan dahak bergumpal darah, saya sadar saat itu saya mengalami memar paru (Contusio Pulmorum).  Saturasi oksigen berkisar 60% tanpa bantuan oksigen. Bicara saya mulai kadang tidak berkorelasi dengan keadaan sekitar sehingga saya diperiksa menggunakan CT-Scan, dan ternyata saya mengalami memar otak saat itu. Pemeriksaan darah pun dilakukan, saya mengalami anemia berat, Hb saya mencapai angka 8 g/dl saat itu. Namun puji Tuhan, saya mendapat transfusi darah merah golongan AB+.

Akhirnya saya dirawat di RSUD selama 11 hari, dengan 2 hari rawat di ruang ICU dengan diagnosis: Contusio cerebri + contusion pulmorum + Closed fraktur comminuted 1/3 medial femur dextra + patellar tendon rupture + fracture os zigomaticus sinistra + open fracture metatarsal head digiti II pedis dextra. Saat itu segera  dilakukan tindakan pemasangan pen, perbaikan putus tendon, dan dipasangkan anti nyeri melalui epidural. Saya sungguh berterimakasih atas karunia Tuhan, dan bantuan tenaga medis, perawat, dokter spesialis anestesi, ortopedi, saraf, dan teman sejawat saya yang menemani, menangani saya, bahkan menjadi asisten operasi saya.

Hari- hari saya luar biasa bahagia walaupun sangat sulit, Karena dukungan luar biasa dari teman, keluarga, bahkan ada teman yang menjenguk saya, menunggui saya dan menyuapi makanan, serta menangis di hadapan saya. Saya sungguh terharu, bahkan saat itu saya menangis bahagia. Saya tidak tahu bagaimana membalas kebaikan semua orang yang hadir membangkitkan semangat hidup saya. Saya tidak bisa mengungkapkan lewat kata- kata, dokter yang menolong saya membuat angka nihil pada pembayaran jasa pelayanan medisnya, sehingga dokter-dokter luar biasa tersebut tidak sama sekali diberikan jasa mediknya. Bahkan, ada seorang dokter yang menyuruh saya untuk fisioterapi di rumahnya, dan ketika saya ingin membayar jasanya, dokter tersebut tidak berkenan mengambilnya. Saat itu saya menahan tangis, bukan karena nilai rupiah nya, tapi karena mengingat betapa tulus semua orang membantu saya. Suatu saat nanti semoga saya bisa mencontoh semua dokter yang luar biasa tersebut.  

Teman sekelompok internship saya pun, dengan rela bergantian jaga menggantikan jadwal saya yang kosong, sampai akhirnya ada yang sakit dan diberikan terapi infus. Mereka juga yang mengurus berita acara kepolisian, bahkan memarahi pihak kepolisian saat ada beberapa pihak yang hendak mempersulit. Pacar dan teman saya ke kantor polisi meminta keterangan dan mengambil barang- barang saya yang bahkan terjepit oleh mesin mobil. Mereka rela mengambilnya sehingga tangan mereka yang mengalami luka- luka. Singkat cerita berita acara polisi berhasil dicetak, dan menurut keterangan polisi ternyata mobil saya menabrak truk berwarna hijau dan mobil saya saat itu masuk ke bagian belakang truk tersebut. Mobil saya yang hancur awalnya hanya dihargai 10 juta rupiah apabila dijual sebagai besi kiloan.  Namun karena berita acara tersebut bisa kami ambil, asuransi mengganti seluruh kerusakan dengan uang seharga mobil tersebut. Bantuan dari Jasa Raharja dan sisanya dapat diklaim dengan BPJS. Saat itu nyaris tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk segala perkara kecelakaan saya. Setidaknya saya bersyukur, kecelakaan ini hanya menimpa saya tapi tidak memberatkan orang tua saya nantinya yang harus kehilangan ratusan juta untuk mendanai segala kerusakan dan pengobatan. Dengan bantuan banyak orang, yang bahkan membantu meringankan beban pikiran, administrasi, dan penyakit saya.

Hari ini tepat 9 bulan setelah hari kecelakaan itu, penuh air mata dan tangisan, juga tawa dalam melewatinya.  Puji Tuhan sekarang saya sudah dapat berjalan, menekukkan lutut saya dengan sempurna, hasil rontgen semuanya dalam keadaan baik dokter mengatakan semuanya akan baik- baik saja. Saya sangat bersyukur, saya dapat kembali mengerjakan pekerjaan yang begitu saya cintai, yaitu menjadi seorang dokter. Sebenarnya, this is note to my self to love everyone unconditionally. Semoga kejadian ini terus mengingatkan saya akan janji- janji saya sebagai seorang dokter, sebagaimana Tuhan dengan cuma-cuma menyelamatkan saya dari maut. Puluhan lembar kertas tidak akan cukup untuk memaparkan runtut kejadian dan ribuan berkat Allah dalam hidup saya melalui kejadian ini. Apabila ada kesempatan akan saya sambung ceritanya, karena masih begitu banyak yang ingin saya bagikan. Pastinya saya akan selalu percaya sesuatu yang tak dapat saya lihat, tapi saya selalu rasakan dan nikmati: sebuah Cinta tanpa syarat yaitu Cinta Yesus Kristus sendiri. Tuhan memberkati.

-Angela Azalia. Maret 2020-

http://kdkkb.id

Meneladani Bunda Maria ~ “Fiat Voluntas Tua”

Sudah selayaknya, bahwa bunda Allah menikmati keistimewaan Putra dan dihormati oleh seluruh ciptaan sebagai ibu …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *