Home / Artikel / Verba Pastoris / Unconditional Love

Unconditional Love

Ti Amo atau Amo Te” adalah ungkapan yang sering mural di kota Roma. Sebuah kalimat yang romantic di kota tua di belahan dunia sana. “Ti Amo atau Amo te adalah sebuah sentuhan kalimat yang mengingatkan kita bahwa nilai kehidupan tidak bisa hilang dalam diri manusia. Kalimat itu sering kali terucap dan sering kali terdengar dalam diri manusia dengan aneka Bahasa, yang setidaknya dunia pun mengakui bahwa kalimat itu sangat universal dan menjadi sebuah kebutuhan manusia.

Ti Amo atau Amo te” bisa diartikan dengan “I love you, salanghae, wo ai ni, dll”. Munculnya kalimat senada dengan aneka bentuk sebuatan itu ingin menggambarkan betapa kata cinta itu bersifat hakiki bagi setiap orang. Tidak seorang pun bisa lepas dari muara cinta itu, karena setiap manusia hadir di dunia karena cinta. Ungkapan kalimat itu menjadi sebuah reflektor bagi setiap manusia yang mengatakan, membaca, dan sekaligus mendengarkanya. Kalimat itu bisa terdengar dan tercerna secara verbal, namun bisa jadi makna tertuang besa beda. Artinya akal budi dan hati ikut memaknai kalimat itu dengan segala bentuk latar belakang. Sekalipun demikian, kalimat itu tidak pernah lekang dimakan waktu.

Setiap orang dapat memberikan ungkapan “I love you, ti amo, atau amo te”, namun  mereka tidak serta merta menghayati kalimat itu sesuai makna yang teungkap. Sapaan itu bisa menjadi kalimat basa-basi yang akhirnya bisa menjadi basi betul. Hancurnya sebuah persahabatan, keluarga, persaudaraan adalah contoh hancurnya makna cinta yang kurang dipahami secara lebih mendalam. Jika makna itu telah mati, apakah masih perlu dihidupkan kembali atau mencari sebuah makna baru. Ini menjadi sebuah refleksi kehidupan manusia agar memahami muara hidup itu cinta dan cinta bukan basa basi, tetapi cinta menjadi sebuah energi.

Bertolak dengan “Ti Amo atau Amo te” berarti ini bertolak pada kata mencintai orang lain. Artinya setiap orang harus berani menanggalkan ego demi mencapai sebuah makna cinta yang didampabakan. Unsur cinta harus mempunyai dua unsur, yakni relasi dan koneksi. Cinta itu berarti mengacu pada relasi antara seseorang dengan orang lain. Ini memberikan sebuah gambaran bahwa cinta bukan hanya untuk diri sendiri, namun harus keluar dari diri sendiri. Relasi ini siap membuka diri dan menerima diri agar terjadi koneksi. Relasi ini tidak ada artinya ketika ada sebuah koneksi. Gambarannya, suami istri dan keluarga itu adalah relasi, namun relasi itu nampak hambar manakala hidak ada koneksi. Keluarga hidup dalam kehambaran ketika kehanggatan hilang, kepercayaan hilang, rasa hilang, itu berarti hilangnya koneksi. Dengan kata lain, relasi itu hanya pada tingkat verbal seperti halnya orang mengatakan “I love you” tanpa dengan sebuah rasa.

Gambaran cinta itupun juga ditampilkan dalam percakapan Yesus dengan Petrus (Yohanes 21:15-19). Pertanyaan Yesus kepada Petrus tiga kali itu sebuah upaya apakah Petrus mencintai dalam level relasi atau sungguh ada koneksi. Pertanyaan pertama dan kedua itu telah memberikan teguran kepada Petrus bahwa mencintai yang dimaksusd bukan sekedar sapaan biasa, tetapi harus memberikan sebuah konsekwsi luar biasa. Nampaknya Petrus belum menyadari sepenuhnya. Pada tingkat ketiga Petrus tergugah bahkan sampai menangis karena itu. Kesedihan Petrus hingga menangis itu adalah sebuah titik nadir manusia untuk dibawa pada sisi nilai cinta yang terdalam, bukan sekedar relasi melainkan ada koneksi yang harus menghadirkan pula sisi rasa, tanggung jawab, kehanggatan dan ungkapan hati terdalam. Titik inilah kita sebut “unconditional love”. Totalitas mencintai dengan siap mengemban tugas  akan sebagai konsekwensi cinta. Mencitai suami istri tidak hanya sebuah kesenangan belaka, namun siap berkorban dan tanggung jawab menjalankan nilai cinta itu dengan mendidik putra-putrinya dan membesakannya. Tugas itu sering kali terlupakan, oleh karena itu Petrus dalam percakapan dengan Yesus memberikan sebuah momentum, yakni kembali pada cinta sejati, itulah unconditional love.

#RD Nikasius Jatmiko

http://kdkkb.id

Dokter Menjadi Sahabat Bagi Semua Orang

RD Nikasius Jatmiko Mazmur  38 38:12 Sahabat-sahabatku dan teman-temanku menyisih karena penyakitku, dan sanak saudaraku …

2 comments

  1. Holly Hermawati

    Bagus sekali.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *