Home / Artikel / Verba Pastoris / Dokter Menjadi Sahabat Bagi Semua Orang

Dokter Menjadi Sahabat Bagi Semua Orang

RD Nikasius Jatmiko

Mazmur  38

38:12 Sahabat-sahabatku dan teman-temanku menyisih karena penyakitku, dan sanak saudaraku menjauh.

Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari sebuah persahabatan, karena manusia tidak bisa hidup seorang diri. Mereka harus saling tolong menolong dan membangun sebuah persahabatan di dunia ini. Sahabat adalah teman yang sangat dekat dalam hidup, mereka senantiasa menemani kala duka dan senang.  Persahabatan itu tidak bisa lepas dari sebuah pertemuan pribadi, satu dengan lainnya saling memberi. Bahkan persahabatan itu tidak lepas pula dari sentuhan, bukan melepaskan.

Kristianitas mengajarkan pula bahwa persahabatan itu tidak ada sekat-sekat yang membatasi. Perbedaan suku, agama, status sosial tidak bisa membuat benteng yang memecah persahabatan. Yesus memberikan pencerahan makna sahabat dalam kehidupan. Dijelaskan pada Yohohes 15:15 “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku”. Teks ini mengangkat martabat seseorang menjadi sahabat yang dengan sendirinya harus tahu segala seluk beluk kehidupan di dalamnya. Yesus memberikan martabat kepada manusia sebagai sahabat yang juga mendapatkan sesuatu harta surgawi sesuai apa yang didapatkan Yesus sendiri. Ini hanya bisa diterima dalam kancah sebagai sahabat.

Ajaran Yesus itu sebetulnya bukan sekedar tawaran, namun sebuah ajakan yang senantiasa diterima. Konsep penerimaan itu mesti diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Persahabatan itu berarti berani mengulurkan tangan kepada sesama yang membutuhkan. Kiranya Petrus pun minta uluran tangan Yesus untuk menyelamatkan. Persahabatan itu menyelamatkan, sekaligus mengangkat kepada harapan kehidupan yang baik. Uluran tangan itu adalah simbol persahabatan yang ditandai dengan sentuhan tangan.

Kehidupan manusia adalah sebuah wahana membangun persahabatan. Dalam arti luas bahwa persahabatan itu adalah sebuah cara Allah menggunakan manusia sebagai perpanjangan tangan dalam karya hidup. Sebagai seorang dokter, persahabatan itu hadir manakala ketemu pasien yang secara teologis, mereka itu adalah Imago Dei. Gambaran itu ditampilkan pula dalam Injil Matius “ketika kamu memberikan makan, minum, pakaian dan perhatian, sama artinya melakukan pada Tuhan sendiri”. Inilah bentuk persahabatan nyata dalam sebuah tindakan. Namun semua itu memberikan nuansa baru, yakni harapan akan sebuah kehidupan.

Sisi Lain Irenaeus mengatakan Gloria Dei Homo Vivens. Ini cara Irenaeus mengingatkan kepada semua orang bahwa “manusia hidup itu menampilkan kemuliaan Tuhan”. Ini berarti karya-karya kemanusian harus dijalani dengan penuh bersahabatan, bukan kebencian. Karunia karya pelayanan itu adalah sebuah nilai persahabatan. Kitab mazmur nampaknya itu semakin menguatkan pelayanan, bukan menghindar dari orang yang minta uluran tangan, justru mendekati mereka yang ditinggalkan. Orang sakit bukan sebuah objek derita, tetapi sebuah karya di mana mereka perlu uluran tangan demi keselamatan. Sahabat yang setia bukan meninggalkan, melainkan menemani dan mengulurkan tangan. Itulah essensi persahabatan sejati. Selamat menjadi sahabat bagi sesama, terutama pagi pasien yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Jadi sahabat sejati adalah tindakan nyata kepada orang yang ditelantarkan, bukan meninggalkan mereka yang terlantar.

+++

http://kdkkb.id

Unconditional Love

“Ti Amo atau Amo Te” adalah ungkapan yang sering mural di kota Roma. Sebuah kalimat …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *