KDKKB.id – (V. Waty S.H.) – “Hai, Daraaa!” Hati Dara rasanya melonjak riang. Senang rasanya bertemu Papa Mama. Camping tiga hari dua malam memang menyenangkan. Melewatkan waktu dengan teman-teman pramuka. Sejak bangun tidur sampai berangkat tidur lagi bersama teman-teman. Dan kini, sudah saatnya kembali ke rumah. Bertemu Papa
Mama dan Dik Jaka. Kembali ke habitat. Melewatkan waktu bersama mereka. Dara tersenyum bahagia. Ia ingin segera larut dalam pelukan Papa Mama. “Mana ranselnya, Kak Dara? Biar Jaka bawakan…” Senyum Dara mendadak pudar. Namun ia segera menyerahkan tas ranselnya kepada Dik Jaka yang kini sudah melewati tinggi badannya. Sampai-sampai orang sering mengira Jaka adalah kakak Dara. “Trimakasih, Dik…”
Camping merupakan acara yang selalu dtunggutunggu oleh Dara dan teman-temannya. Mereka belajar dan berlatih banyak hal di alam bebas. Salah satu acara yang sangat disukai Dara adalah acara memasak bersama. Biasanya Dara dan teman-teman sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Mulai dari bahan makanan hingga perlengkapan memasak yang simpel.
Tahun ini Dara mendapat tugas membawa pisau dapur dan talenan. Ia meminjam talenan Mama yang masih baru dan berjanji akan menjaganya baik-baik. Namun… saat mereka berkemas setelah makan siang tadi, Dara tidak dapat menemukan talenannya! Ia ingat betul, tadi pagi setelah mencuci peralatan memasak, Dara membiarkannya di bawah matahari. Supaya kering saat dimasukkan ke dalam ransel kalau pulang nanti. Ia sudah mencari ke sana ke mari. Menanyai teman-teman dari
kelompok lainnya. Tak seorangpun yang melihat talenan
(Mama) Dara.
Dara merasa lesu. Padahal Papa Mama dan Jaka begitu semangat memancing cerita Dara tentang acara campingnya. Ia menjawab pendek pendek.. Ia tak berani bercerita sedikitpun tentang talenan Mama. Rencananya besok pulang sekolah akan pergi mencari talenan pengganti. “Kok diam saja, Ra? Lapar dan capai ya…” goda Mama. Dara mengangguk. “Nanti Mama buatkan telur tomat kesukaanmu ya?” hibur Mama. Dara hampir tersedak mendengarnya. Waaah, kalau mau memasak… Mama pasti akan menanyakan talenannya! Dalam hati Dara berkecamuk berbagai rasa. Ingin mengakui kelalaiannya, tapi ia ragu dan malu. Jadi Dara memilih diam saja dan berdoa dalam hati, berharap Mama tidak mencari talenanannya. Namun ternyata hatinya terasa tidak tenang. Perjalanan menuju rumah terasa panjang.
Makin dekat rumah, Dara makin gelisah. Namun kemudian terbersit sebuah rasa di hatinya. Dinantikannya sampai mobil berhenti di depan rumah. Dara turun, lalu mendekati Mama. Dikerahkan semua keberaniannya. Disentuhnya tangan Mama, sambil berbisik dengan malu,
“Ma, maaf ya, talenan Mama hilang! Ini kesalahanku…” Dan ia merasa lega ketika Mama menatapnya penuh kasih lalu meraihnya ke dalam pelukan hangat yang selalu memberinya rasa aman…
Sahabat terkasih, dari pengalaman Dara kita bisa membayangkan pergulatan batinnya ketika ia berusaha menutupi masalah dan kesalahannya. Sangat tidak menyenangkan. Ia merasa sangat lega setelah meminta maaf dan mengakui kesalahannya. Mungkin saja di antara kita ada yang pernah mengalami situasi serupa. Merasa dihantui oleh kesalahan kita sendiri… Kita semua tahu, bahwa berani untuk meminta maaf dan mengakui kesalahan merupakan hal yang tidak mudah. Namun penting. Ketika kita menyembunyikan kesalahan kita, hati akan terasa
tidak tenang. Relasi kita dengan sesama dan Tuhan merenggang.
Ketika kita melakukan kesalahan, sebenarnya kita melukai sesama dan Tuhan. Sebagai pengikut Kristus kita diajak untuk bersikap rendah hati, mau mengakui kelemahan kita, dan meminta ampun atas kelalaian kita untuk memulihkan relasi kita dengan sesama dan Tuhan. Namun tidak sampai di stiu saja. Kita juga diajak untuk rela dan berani mengampuni kesalahan sesama. Yesus sendiri mengajarkannya dalam doa Bapa Kami. Dengan saling mengampuni kesalahan kita dapat merasakan hidup yang damai.
Ketika menyembuhkan seorang lumpuh, Yesus bersabda, “Hai anak-Ku, dosa-dosamu sudah diampuni!” (Mat 9:2). Yesus menunjukkan kepada mereka bahwa Dia memiliki kuasa Ilahi untuk menyembuhkan dan
mengampuni. Sahabat terkasih, kasih Tuhan terhadap manusia adalah sempurna. Meskipun manusia telah jatuh ke dalam dosa, Tuhan selalu berusaha menarik manusia mendekat ke arahNya. Tuhan menunjukkan wajahNya19 sebagai “Kasih yang mengampuni” dan bukanlah “Hakim
yang senang menghukum”. Pengampunan merupakan suatu karunia agung dari Tuhan bagi manusia.
Dalam iman Katolik, kita mengenal Sakramen Pengampunan Dosa/Tobat/Rekonsiliasi yang merupakan sebuah tanda bahwa Gereja masih terus melanjutkan pelayanan penyembuhan dari Yesus untuk membebaskan manusia dari dosa.
Ketika menerima Sakramen Tobat, kita mengakukan dosa kita kepada seorang Imam yang telah mendapat perutusan untuk mewakili Kristus sendiri. (bdk. Yoh 20:21-23). Karena itu, kita tak perlu ragu untuk menerima Sakramen Tobat. Tentu saja seorang Imam akan memegang teguh janjinya untuk merahasiakan apa yang telah kita akukan saat pengakuan dosa.
Karena itu marilah kita berani mengakui kesalahan kita pada Tuhan dan sesama. Kita berani meminta maaf ketika kita bersalah. Sahabatku yang dikasihi Tuhan, marilah kita syukuri dan manfaatkan Sakramen Tobat sebagai anugerah Tuhan yang selalu ingin meraih kita untuk semakin dekat kepadaNya, bukan hanya menjelang masa Paskah atau Natal saja, tetapi sepanjang tahun-tahun kehidupan kita.
Untuk memulihkan relasi kita dengan Tuhan dan sesama. Marilah kita berani dengan jujur mengakui dengan penuh rasa sesal, “Ini kesalahanku… “ Yes! “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu” (Ef 4:32)
Nice