Home / Artikel / Verba Pastoris / Kebangkitan

Kebangkitan

KDKKB.id – (R.D. Nikasius Jatmiko) – Kebangkitan adalah sebuah peristiwa luar biasa. Kristus bangkit dari kematian menjadi dasar iman yang juga tertuang dalam Syahadat Para Rasul, yang sering kita sebut CREDO. Gereja mengajarkan bahwa kebangkitan adalah sebuah peristiwa ilahi yang terjadi dalam ranah sejarah. Matius menggambarkan: 28:6 Ia tidak ada di
sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. 28:7 Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu.”Senada dengan dengan itu Lukas 24:6 Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, 24:7 yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.” Demikian Juga Markus 16:6 tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: “Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia.


Ketiga teks injil sinoptik ini memberikan sebuah gambaran bahwa kebangkitan adalah realitas historis yang telah terjadi dalam diri Yesus. Mereka adalah saksisaksi sejarah itu sekaligus mendapat karunia Roh Kudus untuk membukukan peristiwa agung itu. Para saksi itu adalah dasar pijakan membangun iman akan Yesus yang menderita, wafat dan bangkit seperti yang dituliskannya. Demikian kesaksian itu menjadi dasar manusia
mengimani peristiwa kebangkitan sebagai pintu kehidupan abadi bagi orang yang percaya kepada Kristus. Sekalipun peristiwa agung itu terjadi, para murid sebagai orang pertama dalam lingkaran ajaran Yesus,
tidak serta merta percaya akan peristiwa itu. Kegamangan para rasul itu tampak dalam keraguraguannya ketika Yesus yang bangkit menemuinya.


Ucapan salam damai tidak cukup untuk membangkitka keyakinan akan berita yang telah beredar jaman itu. Ajaran akan kebangkitan sebelum Yesus wafat setidaknya belum bisa dicerna demikian rupa sehingga
kebangkitannya tidak serta merta bisa dipahami secara gamblang. Ketermanguan akan penampakan Yesus belum seratus persen membuat para rasul paham dan menyakini. Oleh karena itu, Yesus pun memberikan
media manusiawi agar para rasul semakin diyakinkan. Yohanes melukiskan hal itu,”21:12 Kata Yesus kepada mereka: “Marilah dan sarapanlah.” Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: “Siapakah Engkau?” Sebab mereka tahu, bahwa Ia
adalah Tuhan. 21:13 Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu. 21:14 Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dariantara orang mati.


Sarapan adalah takaran yang bisa dipahami manusia secara empiris. Pengalaman itu dihadirkan dalam diri para rasul agar mereka yakin bahwa Yesus telah bangkit dari antara orang mati dan bisa melakukan seperti manusia hidup, yakni ditandai dengan sarapan. Sementara itu ukuran waktu tiga kali mengandaikan bahwa ada sebuah proses yang terus menerus menyadarkan para rasul untuk percaya akan kebangkitan.
Tiga kali pula itu juga belum membuat kesadaran penuh, para rasul masih termangu. Bahkan penolakan santo Tomas semakin kentara dalam injil Yohanes (Yohanes 20:25): Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya:
“Kami telah melihat Tuhan!” Tetapi Tomas berkata kepada mereka: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.” Penolakan santo Tomas ini adalah gambaran betapa manusia susah membangun kepercayaan ketika ranah pengalaman historis belum bisa membuktikan.
Bahkan sering kali bukti sejarahpun masih membuat manusia termangu.


Dalam perjalanan iman, kesadaran Tomas semakin kentara menerima arti kebangkitan ketika kehendak diri atas dasar pengalaman terpuaskan.
Kembali Yohanes memberikan gambaran itu,”Yohanes 20:27 Kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan
jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” 28 Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” Pernyataan Tomas ini adalah gambaran kita pula yang sering kali membangun iman dengan cara
mendesak sebuah bukti sejarah. Padahal iman itu melampaui pengalaman dan sejarah itu sendiri. Teguran Yesus kepada Tomas adalah teguran bagi kita juga,” “20:29 Kata Yesus kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”. Pengalaman iman akan kebangkitan adalah pengalaman sejarah sekaligus pengalaman iman. Nalar mungkin terus memaksa untuk memahami sampai pada tapal batas ketidak mampuan manusia menelaah. Kala nalar ada dalam keterbatasan memahami makna kebangkitan, kita dihantarkan pada sisi pemahamaan iman. Kita ada dalam ranah mengimani kesaksian para para rasul yang tertuang dalam injil. Kita tidak perlu lagi memaksa seperti halnya Tomas untuk membuktikan
peristiwa kebangkitan itu. Kata kuncinya hanya percaya, demikian santo Anselmus menekankan “Credo ut intellegam”, yakni saya percaya supaya saya mengerti. Jadi memahami kebangkitan pertama-tama harus
didasarkan pada keyakinan yang didasarkan pada iman, maka dengan sendirinya kita akan semakin mengerti.

http://kdkkb.id

Unconditional Love

“Ti Amo atau Amo Te” adalah ungkapan yang sering mural di kota Roma. Sebuah kalimat …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *