Home / Artikel / Ruang Iman Katolik / Rindu, Tapi Tidak Berani Rindu

Rindu, Tapi Tidak Berani Rindu


KDKKB.id – (Dedeh Supantini) – Budi, seorang mahasiswa yang pintar, beruntung dapat mendekati Gadis, salah satu mahasiswi cantik yang pintar juga. Hanya satu kekurangan Gadis: dia adalah putri Pak Dono, salah satu dosen yang disegani karena super disiplin. Itulah yang membuat teman lakilakinya segan mendekatinya. Budi pun sebenarnya selalu agak degdegan sejak “jadian” dengan Gadis. Ayahnya itu lho, mana tahan.

Pada suatu hari, ketika Budi menelpon ke rumah Gadis, telpon
tersebut dijawab oleh suara yang terdengar akrab. Budi yakin bahwa
itu suara Doni, adik Gadis, maka ia langsung menyapa: “Halo, Don, ini
Budi!” Yang disapa menyahut dengan ramah. Setelah basa-basi
sedikit, entah kenapa Budi sok terlalu akrab, dan “kelepasan”
menggosipkan Pak Dono sebagai dosen yang “sok ja’im” dan kuno.
Setelah bercerita begitu, barulah Budi bertanya, apakah ia bisa bicara
dengan Gadis. Suara itu menjawab “Oh, sebentar ya, bapak
panggilkan dia.” Ternyata …… yang diajak bicara dari tadi adalah pak
Dono! Bisa dibayangkan, bagaimana wajah pak Dono saat itu. Yang
lebih tak terbayangkan adalah perasaan Budi ketika itu. Dia langsung
mulas-mulas, “ingin menghilang dari peredaran” dan tidak lagi berani
menelpon ataupun datang ke rumah Gadis.

Dalam kehidupan, mungkin kita juga pernah menyakiti hati
seseorang yang sebenarnya kita hormati dan kita kasihi. Kita
menyesal, dan sekaligus malu bahwa kita bisa berbuat seperti itu.
Walaupun orang tersebut sudah mengampuni kita, kita tidak berani
bertemu dengannya, sebab orang itu tahu bahwa sebagian dari diri
kita ternyata tidak baik.

Kira-kira seperti itulah yang dialami oleh seseorang yang
meninggal dalam situasi masih dekat dengan Allah, namun
membawa beberapa dosa ringan. Ia sudah bertobat, namun
kesalahannya masih terasa efeknya bagi orang lain. Ia rindu untuk
“pulang” kepada Allah, tapi tidak berani. Dan memang belum layak,
sebab dosanya telah meninggalkan efek bagi orang lain. Ia belum
layak masuk Surga, sebab “tanpa kekudusan tidak seorangpun akan
melihat Tuhan” (bdk Ibr 12:14). Supaya sempurna dalam
kesuciannya, ia masih harus dimurnikan di tempat penyucian (Api
penyucian) atau purgatorium.

Mungkin kita bertanya-tanya: apakah purgatorium itu benarbenar ada? Santo Gregorius Agung mengatakan: “Sebelum
pengadilan, masih ada api penyucian untuk dosa-dosa ringan
tertentu, karena kebenaran abadi mengatakan bahwa kalau
seseorang menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini
tidak, di dunia yang akan datang pun tidak” (bdk. Mat 12:32).

Dari ungkapan ini nyatalah bahwa ada orang meninggal dengan
membawa dosa yang masih dapat diampuni. Mereka ini sudah pasti
kelak akan masuk Surga, namun masih perlu disucikan. Di tempat
penyucian ini mereka tidak bisa menolong dirinya sendiri, dan hanya
bisa berharap pada Kerahiman Allah. Lihat! Betapa besarnya
kerahiman Allah: walaupun jiwa-jiwa tersebut masih berdosa, dan
“jatah waktu perjuangan”nya sudah habis, Allah memberi
kesempatan untuk menyucikan dia. Santo Paulus menyebutnya
sebagai “ujian oleh api”. “Jika pekerjaan yang dibangun seseorang
tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan
menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi
seperti dari dalam api”. (Bdk. 1 Kor 3:13-15)

Dalam kehidupan ini, ketika kita sadar telah menyakiti seseorang
dan minta maaf, mungkin orang tersebut mengampuni kita. Namun
kita tidak langsung berani bertemu dengannya muka hadap muka,
karena merasa tidak layak untuk merindukan suasana persahabatan
seperti sebelumnya, betapapun rindunya. Kita tidak berdaya. Pada
titik ini kita memerlukan bantuan orang lain untuk berekonsiliasi
dengan teman kita dan dengan diri sendiri.

Demikianlah, para jiwa di purgatorium juga tidak bisa menolong
diri sendiri, dan memerlukan bantuan kita untuk berekonsiliasi
dengan Allah sehingga masuk dalam kebahagiaan Surga. Berdasarkan
kutipan Injil dan bacaan-bacaan tadi, Gereja Katolik mengajarkan
bahwa kita dapat mendoakan mereka. Gereja mendoakan mereka
dalam setiap Ekaristi “Berikanlah istirahat kekal kepada mereka dan
kepada semua saudara yang meninggal dalam Kristus, kasihanilah
dan sambutlah mereka dalam pangkuan-Mu.” Gereja bahkan
menetapkan tanggal 2 November sebagai hari khusus untuk
mendoakan arwah semua orang beriman.

Nah, kita tahu sekarang, bahwa jiwa-jiwa di purgatorium
memerlukan bantuan kita. Maka, sebagai Gereja yang masih
berziarah di dunia, kita dipanggil untuk mendoakan mereka,
memohonkan Kerahiman Allah agar menerima mereka di Surga.

Pada kisahnya Budi, dengan bantuan Gadis, akhirnya Pak Dono
yakin akan cinta dan kemurnian Budi, dan menerimanya di rumah
mereka. Budi pun dengan sukacita menerima berkat tersebut.
Demikianlah, seperti Gadis membantu Budi untuk diterima di rumah
bapanya, kita juga bisa membantu jiwa-jiwa di purgatorium agar
Allah menerima mereka di Surga.

Maka, marilah kita mendoakan jiwa-jiwa orang beriman dengan
penuh cinta dan kesetiaan. Semoga dengan bantuan doa-doa kita,
berkat Kerahiman Tuhan, mereka segera diterima di Rumah Bapa kita
di Surga.

Iblis memberi Adam sebuah Apel , dan mengambil surga
dari padanya. Karena itu dalam semua godaan
janganlah kita mempertimbangkan apa yang
ditawarkan iblis , tetapi pertimbangkan apa yang akan
hilang dari kita.

Richard Sibbes

http://kdkkb.id

Aku Bangkit dan Pergi untuk Menyediakan Tempat Bagimu

KDKKB.id – (Dedeh Supantini) – Para dokter sahabat Tuhan, ruang Iman Katolik kali ini mengajak …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *