Home / Uncategorized / Bagaimana Caranya Dokter Bersifat Sosial

Bagaimana Caranya Dokter Bersifat Sosial

Dalam praktik sehari hari seorang  dokter terutama dokter katolik dituntut bersifat sosialterhadap masyarakat disekitarnya (terhadap pasien yang tidak mampu). Seorang daokter katolik diharapkan memiliki jiwa pengabdian yang sungguh sungguh disertai kualitas kerja yang baik.

       Namun  pada kenyataannya kita sebagai dokter katolik kadang kadang harus mengelus dada atas sikap masyarakat dan teman sejawat yang menaruh curiga, benci , sinis dan malahan ada yang ngerjain.  Tapi ada pula yang menyambut baik sehingga sedikitnya kita terhibur. Pada suatu hari Tuhan Yesus menyembuhkan sepuluh orang penderta  sakit kusta, tetapi orang yang kembali kepadaNya, untuk menyampaikan terima kasih ? Hanya satu orang (Lukas 17 ;11-19). Tatkala  Yesus bertanya kepadanya  “Dimanakah yang sembilan orang lainnya? “ Ternya mereka sudah amblas semuanya ( Dale Carnegi;Petunjuk hidup tenteram dan bahagia hal 193).

 “ ……………….Jadi apabila engkau memberi sedekah janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan oleh orang munafik dirumah rumah ibadah dan dilorong lorong supaya mereka dipuji orang ………………… Tetapi jika engkau memberi sedekah ,janganlah diketahui tangan kirimu , apa yang diperbuat tangan kananmu.

Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu (Matius 6;1-4)

     Jadi kita sebagai dokter katolik harus memiliki iman disertai pengabdian tampa pamrih. Salah satu yang dapat menjadi pedoman bagi kita sebagai seorang dokter adalah : kita mempunyai peluang setiap hari untuk memberi sedekah secara tersembunyi kepada pasien yang tidak mampu. Dan sebaiknya orientasi tindakan tersebutadalah sebagai suatu pernyataan kasih kita kepada Tuhan (Allah Bapa di surga).

         “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimudan dengan segenap jiwamudan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”(Lukas 10;27).

Sebagai dokter katolik saya ingin mencoba memberikan pandangan bagaimana kita sebagai dokter katolik melaksanakan pengabdian kita yang menjadi harapan masyarakat sesuai dengan iman dan  ayat ayat di atas. Sebelumnya  saya mohon maaf apabita tulisan ini banyak kekurangan dan tidak ada maksud saya untuk menggurui.

             Bagaimana caranya agar kita dapat bersifat sosial pada masyarakat tidak mampu tampa merasa terbebani bahkan mungkin kita akan rela memberi lebih banyak  dari biasanya. Salah satu yang saya anjurkan menentukan  batas  kerugian  (memang social itu pasti rugi) namun memberi dampak bagi iman pada hubungan kita dengan       Tuhan Allah kita Bapa Putra dan Roh Kudus (Tritunggal maha Kudus)    serta hubu ngan dengan sesama kita manusia  sebagai mahluk  sosial.

Urutan langkah yang harus kita lakukan  adalah :

  • Tahap pertama : Kita harus bisa menghitung tarp dasar kita.
  • Tahap kedua :Kita meninjau daya beli masyarakat umumnya
  • Tahap ketiga : Bandingkan  dan tentukan berapa besar kerugian atau keuntungan yang kita peroleh.
  • Tahap ke  empat: Perhatikan berapa persen masyarakat yang tidak mampu
  • Tahap ke lima : Tentukan berapa yang akan kita sumbangkan  secara tersembunyi.

     Kita coba menghitung batas kerugian kita dengan menghitung tarip jasa praktik kita.Karena setiap dokter tidak sama atau  bersifat  individuildan  juga  merupakan  rahasia pribadi dan sesuai iman katolik kita memberi  harus  tersem bunyi  maka sebaiknya kita menghitung sendiri tarip kita.

Untuk memperjelas  masalah sebaiknya kita pelajari Contoh kasus: Seorang dokter Lukas (fiktif) karena Santo Lukas  seorang tabib pada zamannya.)

Dokter Lukas  mengontrak tempat praktek di Jalan Tigris  Kota Niniwe Kecamatan Asyur jumlah pasiennya rata rata perbulan adalah 200 orang.Biaya yang dikeluarkan  selama sebulan adalah :

Biaya Kontrak tempat :  Rp 5000.000

Gaji Pegawai admin    : Rp 2000.000

Biaya transport           : Rp 3000.000

Cetak resep               : Rp   170.000

Listrik                        : Rp  100.000

Pajak                         : Rp 200.000

Bahan habis pakai       :Rp  500.000

Total biaya  praktik    Rp10.970.000 / 200 orang  = 54.850,-

Dari Hasil perhitungan di atas, kita tahu batas kerugian , berarti minimal  Tarip praktik  sekitar 55.000  kita melanjutkan ke tahap ke dua yaitu menilai daya beli masyarakat. Caranya dengan melakukan survei berapa Tarip umum dokter di masyarakat sekitar boleh dengan banyak

cara , mau angkete dll misalnya Rp 85.000, berarti  ada selisih Rp 30.000,

Kita maju ke tahap tiga perhatikan persentase masyarakat tidak mampu, lalu tentukan dari pendapatan sebulan yang mau di sumbangkan perpasien.secara tersembunyi.

       Mudah mudahan uraian di atas dapat memperluas wawasan teman sejawat dalam kehidupan sehari hari untuk bisa memberi  lebih banyak pada masyarakat tak mampu. (dr Ernomo A.S MM ) Sumber : Artikel dengan Judul dan penulis yang sama  Buletin KDKJB  NO 9  Oktober   2001

http://kdkkb.id

BULETIN ZIARAH PORTA SANTA CGS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *