Home / Uncategorized / Perjalanan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia tanggal 3 – 6 September 2024

Perjalanan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia tanggal 3 – 6 September 2024

Sylvia Tanumihardja

     Pada tanggal 5 September 2024, Paus Fransiskus memimpin Misa Ekaristi di Stadion Madya Gelora Bung Karno (GBK), didampingi oleh Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo dan Uskup Antonius Subianto Bunjamin, O.S.C. Misa ini menjadi simbol nyata kebersamaan berbagai komponen masyarakat, terutama umat Katolik dari Sabang sampai Merauke. Mereka datang dari berbagai penjuru Indonesia, termasuk wilayah Jakarta dan sekitarnya, untuk turut serta dalam momen bersejarah tersebut dengan semangat keagamaan yang kuat.

     Stadion Madya GBK, yang mampu menampung 78.000 hingga 100.000 orang, dipenuhi oleh umat Katolik dari berbagai provinsi. Dari Tim Keuskupan Bandung, sekitar 1.080 umat diberangkatkan menggunakan 23 bus, sementara total 8.648 orang diberangkatkan dari berbagai paroki, sekolah, rumah sakit, dan organisasi Katolik se-Bandung Raya, menggunakan 185 bus.

     Tim transportasi, menceritakan bahwa untuk menghadiri Misa yang berlangsung dari pukul 17.00 hingga 19.00, peserta harus berangkat dari Bandung pukul 08.00 pagi. Tim transportasi berupaya mengoordinasi bus agar bisa tiba di GBK secara bersamaan, sehingga kelompok-kelompok umat dapat duduk sesuai pengaturan. Mereka juga membagi jadwal istirahat di rest area yang berbeda untuk menghindari penumpukan, terutama di area toilet.

     Panitia juga menyediakan makan siang, makan malam, camilan, dan air minum bagi para peserta, karena perjalanan diperkirakan baru selesai sekitar pukul 03.00 dini hari. Mengingat beragamnya latar belakang peserta, mulai dari anak-anak, orang tua, hingga orang-orang berkebutuhan khusus, panitia harus memperhatikan penanganan khusus agar semua bisa terlayani dengan baik. Panitia bekerja tanpa bayaran, mereka melakukannya dengan sukarela karena didorong oleh semangat pelayanan dan kebersamaan. Bahkan, bagi mereka, acara ini juga menjadi ajang reuni dengan rekan-rekan pelayanan lainnya.

     Dalam homilinya, Paus Fransiskus menyampaikan pesan yang mendalam kepada umat. Beliau mengajak umat untuk menghidupi dua sikap mendasar sebagai murid Yesus, yaitu mendengarkan dan menghidupi sabda-Nya. Menurut Paus, segala sesuatu dimulai dari mendengarkan sabda Tuhan, membuka diri kepada-Nya, dan menyambut persahabatan yang berharga dengan-Nya. Namun, beliau juga menekankan bahwa tidak cukup hanya menjadi pendengar, melainkan penting untuk benar-benar menghidupi sabda itu, yang berarti memasukkannya ke dalam hati dan membiarkannya mengubah cara berpikir, merasa, dan bertindak.

     Paus juga menyampaikan bahwa manusia selalu mencari kebenaran yang bisa memuaskan hasrat mereka akan kebahagiaan sejati. Hanya sabda Tuhan yang bisa memberikan arah dan makna dalam hidup kita, di tengah berbagai kekacauan dunia. Menurut Paus, tugas utama seorang murid bukanlah melakukan hal-hal besar secara lahiriah, tetapi mendengarkan sabda Tuhan dengan rendah hati dan merenungkannya dalam hati. Hal ini tercermin dalam kisah Injil ketika Yesus menaiki perahu Petrus untuk berkhotbah kepada orang banyak. Paus menekankan bahwa iman kita dimulai saat kita membuka diri dan memberi ruang bagi Yesus dalam hidup kita.

     Selain mendengarkan, Paus Fransiskus juga menekankan pentingnya menghidupi sabda Tuhan dalam tindakan nyata. Beliau mengajak umat untuk tidak takut mengambil risiko, seperti yang dilakukan oleh Petrus dalam Injil. Meskipun Petrus merasa lelah dan kecewa karena tidak berhasil menangkap ikan semalaman, ia tetap menuruti perintah Yesus untuk menebarkan jala lagi, dan akhirnya berhasil menangkap banyak ikan. Paus menggunakan kisah ini sebagai pelajaran tentang keberanian dan ketekunan dalam menghadapi kegagalan hidup. Beliau mengingatkan bahwa hasil yang diharapkan mungkin tidak selalu datang segera, tetapi penting untuk terus melangkah dengan iman.

     Dalam kehidupan sehari-hari, Paus mengajak umat untuk ikut membangun masyarakat yang lebih adil, menciptakan perdamaian, dan mendorong dialog yang terbuka. Meskipun tugas ini tidak mudah dan sering kali terasa berat, Paus mengajak umat untuk tidak menyerah. Beliau mengingatkan agar kita tidak terjebak dalam kegagalan atau kekecewaan, tetapi tetap menatap ke depan dan mempercayakan segala sesuatu kepada Tuhan.

     Pada hari yang sama, Paus juga mengenang Santa Teresa dari Kalkuta, yang dikenal karena dedikasinya merawat orang-orang miskin dan mempromosikan perdamaian serta dialog. Paus mengutip kata-kata Santa Teresa yang pernah berkata, “Ketika kita tidak memiliki apa pun untuk diberikan, berikanlah ketiadaan itu.” Pesan ini mengajarkan umat untuk terus menabur kebaikan, meskipun hasilnya tidak selalu terlihat langsung.

     Di akhir khotbahnya, Paus Fransiskus menyampaikan pesan khusus untuk bangsa Indonesia. Beliau mendorong umat untuk tidak pernah lelah bermimpi dan terus membangun peradaban yang damai. Paus mengajak umat Indonesia untuk selalu berani berdialog dan menyebarkan cinta kasih kepada sesama, sehingga bisa menjadi pembawa harapan dan perdamaian. Pesan ini sejalan dengan seruan Uskup-Uskup Indonesia yang juga ingin melibatkan seluruh masyarakat dalam membangun masa depan yang penuh harapan dan sukacita.

     Paus Fransiskus digambarkan sebagai seorang pemimpin yang memberikan dorongan moral dan spiritual kepada umat Katolik di Indonesia. Homilinya membangkitkan semangat, penuh kehangatan dan kelembutan, mencerminkan kepribadiannya yang rendah hati. Pesan-pesan yang disampaikan berfokus pada penguatan iman, keberanian dalam menghadapi tantangan hidup, serta pentingnya berdialog dan menjaga perdamaian. Homili Paus Fransiskus selalu menekankan kasih dalam setiap ajarannya.

Tim Keuskupan Bandung berfoto bersama di gerbang Gelora Bung Karno

Bersama drg Waty, dr Tri, dr Lisa di stadion Madya GBK

http://kdkkb.id

KOMUNITAS MEDIS KATOLIK INDONESIA WILAYAH KEUSKUPAN BANDUNG

BULETIN KMKI-KB EDISI 2 MEI 2025

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *